Menu
Close
mataexpose.com

Informasi Berita Terkini dan Terbaru Hari Ini

Masyarakat Adat Nusantara Madura, Gelar Pemilihan Pimpinan Dari Putra Wilayah Keraton

Masyarakat Adat Nusantara Madura, Gelar Pemilihan Pimpinan Dari Putra Wilayah Keraton

Smallest Font
Largest Font

BANGKALAN, mataexpose.com – Bertempat di Restaurant Apung MADAS Tanjung Bumi Bangkalan, Senin (12/9/2022), Masyarakat Adat Nusantara Madura yang terdiri dari para pangeran putra wilayah dari kraton-kraton di Madura berkumpul guna memilih para insan-insan untuk melanjutkan kepemimpinan MATRA Madura KH. RP. THARIQ SYA’RANI COKROATMODJO ADIKORO, S. Sos., M. Si.Yang telah didemisioner karena masa Bhaktinya sudah berakhir Agustus yang lalu diganti oleh Asfandi, S. Pd., M. Pd.

Pemilihan tersebut dihadiri beberapa perwakilan dari para Putra Wilayah dari Keraton Pamellingan, Mandhilaras, Pamadeggan, Sambilangan dan Harisbanggi.

Terkait Sejarah Madura, Pimimpinan MATRA yang lama KH. RP. THARIQ SYA’RANI, mengungkapkan “Madura dimasa kini dalam pranatanya mungkin agak bergeser dari tempo dahulu, Dalam sejarah Madura pernah berdiri beberapa monarki absolut yang dalam tatanannya ada yang menganut kerajaan maupun kesultanan walau belum pernah ditemukan dalam catatan sejarah system kedatuan di pulau ini. Monarki-monarki yang pernah berdiri di Madura sesuai Zamannya yaitu Keraton Harisbaya atau Harisbanggi/Arosbaya dan Keraton Plakaran.

Keduanya, berada di Kecamatan Arosbaya saat ini. Berkuasa pada pusat kerajaan ini antara tahun 1531 – 1592, seorang Ratoh (Ratu) yaitu Panembaha Lemah Duwur (R. Pratanu), Pengeran Tengah dan Pangeran Mas. Dan Kraton ini Hancur setelah penyerangan Pasukan Mataram Kemudian Kraton Pamadeggan yang berdiri di Kota Sampang.

Sebenarnya Kraton Madeggan ini lebih dahulu berdiri daripada Kraton Plakaran yang bertahta pada Kraton Pamadeggan adalah Pangeran Cakraningrat I dan Panembahan Cakraningrat II, Pangeran Cakraningrat I ini diangkat oleh Sultan Agung setelah Madura hancur lebur oleh penyerangan Pasukan Mataram dibawah pimpinan Ki Juru Kitting tersebut.

Selanjutnya adalah Tunjung Skar Kdaton, bertahta di Tunjung Skar Kdaton ini adalah Panembahan Cakraningrat II, Pangeran Cakraningrat III dan Pangeran Cakraningrat IV sebentar. Kemudian pada tahun 1718, seiring naik tahta nya Pangeran Cakraningrat IV menggantikan kakanda beliau dengan candrasengkala “Nir Pakerti Angrusak Keprabon”, serta kerusakan kraton akibat amukan pasukan Bali, maka Tunjung Skar Kdaton dipindah ke Kraton Sambilangan.

Dan Akibat dari Perang Madura antara Pasukan Madura dengan VOC-Belanda, maka pada Panembahan Cakraadiningrat V memindah Kraton Sambilangna ke Kraton Wang-Bawang. Setelah Pemberontakan Lesap, maka Kraton pun dipindah lagi ke lokasi yang ditempati MAKODIM 0829 saat ini dan diserahkan menjadi milik Negara RI,” ungkapnya.

Sementara itu, Asfandi, S. Pd., M. Pd, Pimpinan MATRA yang baru memaparkan, Kraton Pamellingan dibangun oleh Ario Mengo pada abad ke XV, Ki Aryo Mengo membuka daerah baru di Tenggara Pamadegan. Daerah tersebut Kemudian dikenal dengan nama Pamelingan, Namun rakyat menyebutnya Pamellengan.

Pamellingan sendiri berasal dari kata “eling”, kata dalam bahasa Jawa yang bermakna ingat, sedangkan Pamellengan berasal dari kata “melleng”, kata dalam bahasa Madura yang artinya konsentrasi.

“Dua kata itu memiliki sejarah tersendiri bagai Ki Aryo Mengo. Karena Ki Aryo Mengo yang bergelar Wonorono itu hingga usianya mencapai uzur belum mempunyai keturunan. Namun karena ia selalu ingat akan Yang Maha Kuasa, ia selalu konsentrasi dan memohon, hingga akhirnya istri Sang Aryo hamil.

Kemudian lahirlah seorang putri yang oleh Aryo Mengo diberi nama Nyi Banu Ratu Pamelingan Kemudian dimasa Panembahan Ronggosukowati mendirikan Kraton baru lagi bernama Mandilaras, dan Kraton Pamellingan inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal nama Pamekasan, Mandilaras bermakna kedamaian dan kemulyaan. Sedangkan kerajaan Pamelingan menjadi nama Pamekasan.

Lokasi keraton Mandhilaras saat ini ialah dilokasi Kantor Bakorwil Madura yang diapit oleh jalan Slamet Riadi diselatan jalan dan Agussalim dibagian timur dan utara jalan Pongkoran, Sedangkan disisi barat adalah perkampungan, yaitu Kampung Pongkoran dan Kampung Gheddhungan. Sedangkan Jalan Mandhilaras sendiri sebenarnya hanya merupakan cabang dari Jalan Pongkoran,” pungkasnya.

W. Hariyanto

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow